Malam Mencekam di Botania Satu: 7 Oknum Polisi Militer dan 1 Anggota Polda Kepri Mengaku Petugas BNN, Gerebek Rumah Warga, Rampas Uang Rp300 Juta, Istri Korban Trauma Berat
Sinarinform – Kejadian mengejutkan menimpa seorang pria berinisial BJ, warga Ruko Bunga Raya Botania 1, Batam. Ia mengaku menjadi korban perampokan berkedok penggerebekan narkoba yang dilakukan delapan orang berpakaian preman, mengaku sebagai anggota Badan Narkotika Nasional (BNN), pada Sabtu (16/10) malam sekitar pukul 22.00 WIB.
Namun belakangan, BJ baru mengetahui bahwa para pelaku bukan anggota BNN. Tujuh di antaranya diduga oknum Polisi Militer (POM) dan satu orang oknum anggota Polisi Polda Kepri
Menurut penuturan BJ, malam itu para pelaku mendobrak pintu rumah tanpa surat tugas atau dokumen resmi. Ia yang sedang berada di ruang biliar bersama beberapa teman langsung dikepung. “Mereka datang tanpa identitas, langsung dobrak pintu dan todong pistol. Saya tidak sempat bereaksi,” ujarnya.
Dalam penggeledahan tersebut, para pelaku mengaku menemukan sebungkus plastik kecil berisi serbuk putih yang disebut sebagai narkotika. Namun BJ menegaskan tidak mengetahui asal barang itu dan menduga sengaja dijebak untuk memeras dirinya.
“Saya yakin itu jebakan. Mereka datang bukan untuk menegakkan hukum, tapi untuk minta uang tebusan,” kata BJ.
Tak lama setelah penggerebekan, salah satu pelaku disebut meminta uang “damai” sebesar Rp1 miliar sambil mengancam akan menembak kaki korban. Karena takut dan istrinya sedang hamil, BJ mengaku panik dan berusaha mencari uang. “Saya tak punya pilihan. Akhirnya istri hanya bisa meminjam Rp300 juta ke abang ipar” tuturnya.
Belakangan, kecurigaan BJ terbukti. Salah satu rekannya mengenali wajah seorang pelaku yang ternyata oknum Polisi Militer, bukan anggota BNN. Dari penelusuran, diketahui tujuh orang pelaku merupakan anggota POM dan satu lainnya oknum polisi dari Polda Kepri.
Akibat kejadian itu, istri BJ mengalami trauma berat hingga tak berani tinggal di rumah. “Istri saya setiap malam menangis. Dia bilang, yang datang malam itu bukan penegak hukum, tapi perampok bersenjata,” tutur BJ.
Dampak psikologis dari insiden itu begitu besar bagi istri BJ. Ia mengalami trauma berat setelah menyaksikan sendiri penodongan senjata api ke arah suaminya di dalam rumah. Sejak malam kejadian, istrinya tak lagi berani tidur di kamar yang sama dan terus menangis setiap kali mengingat suara bentakan para oknum berseragam.
“Dia ketakutan Akhirnya dia minta pindah rumah saja, katanya sudah tak merasa aman di sini,” ungkap BJ lirih.
Namun, situasi makin aneh dua hari kemudian. H+2 pascakejadian, dua dari oknum yang sama justru datang lagi ke rumah BJ, kali ini mengaku ingin menawarkan jasa keamanan. Mereka bahkan mengirim pesan WhatsApp bernada melecehkan hukum. Dalam salah satu pesan tertulis, “Kalau koko mau pakai (narkoba), kami bisa jaga, nominal 30 juta, saya siap pasang badan.” Pesan itu membuat BJ dan istrinya semakin yakin bahwa aksi sebelumnya bukan penggerebekan, melainkan modus pemerasan terencana.
“Saya langsung simpan pesan itu. Biar jadi bukti, karena ini sudah keterlaluan,” kata BJ menegaskan.
BJ kini tengah menyiapkan laporan hukum resmi dengan didampingi penasihat hukum serta meminta dukungan media untuk mengawal kasus ini hingga tuntas. “Saya ingin para oknum- oknum ini diproses secara pidana dan diberhentikan dari institusi mereka,” tegasnya.
